December 31, 2020

(0) FROM POWDER TO POWER


Slogan di Kaos Kenangan Reuni Sanurian


From powder to power, dari sini saja saya mulai. Sudah lama keinginan untuk menulis penggalan-penggalan cerita seputar Sanur, keinginan yang terus berulang menggelitik di dalam benak. 


Sebagai penggalan cerita awal, saya memulai dengan angka (0), dengan harapan dicukupkan kesempatan untuk menulis penggalan-penggalan cerita yang lain, (1)(2)(3) dan seterusnya. Sekaligus secara khusus (0) sebagai penghargaan untuk komunitas Sanur, yang telah dengan konsisten untuk jangka waktu yang sangat panjang  menampilkan wajah kasih berbalut ketulusan dan rendah hati, yang tentunya menjadi kemanfaatan bagi banyak orang. 


Dan secara khusus, penggalan (0) saya persembahkan untuk kakak-kakak kece A3Y-90, yang telah menjadi semacam model wajah Sanurian, yang secara pribadi, spirit berkarya nya mempesona saya dan dalam hal ini memicu kenekatan saya untuk menulis. Terlalu indah berwarna-warni untuk dilewatkan. Menyimpan banyak cerita, cerita-cerita kecil sederhana, yang membumikan nilai-nilai luhur kehidupan. 


Seperti kisah-kisah menakjubkan karya kasih nyata mother Theresa, yang dengan sangat jelas memaparkan kisah seorang anak manusia yang dengan kesadaran penuh berkenan mengakui bahwa semua yang dilakukannya adalah karyaNya. Menjadi pena  ketika Tuhan menulis surat cintaNya bagi umat manusia, anak-anak terkasihNya. Tetapi kali ini, saya secara pribadi mengalaminya, menerima surat cintaNya, yang ditulisNya dengan pena ber merk Sanurian. Surat cintaNya yang saya terima berulang kali dalam hidup keseharian saya.


Penggalan-penggalan cerita yang saya tulis adalah ungkapan pikir-rasa pribadi, opini subyektif; semoga tidak keliru; dan kiranya bermanfaat. Harapan saya ada cukup energi untuk menulis beberapa penggalan cerita, entah kapan lagi bisa menulis penggalan (1)(2) dst, Dan juga berharap bisa membaca penggalan-penggalan cerita yang ditulis siapa saja, dan sungguh berharap bisa menemukan penggalan-penggalan cerita seputar karya keseharian Sr. Francesco Marianti, OSU. yang saya yakini pasti menakjubkan.


Penggalan cerita yang mengemukakan nilai-nilai di balik perjalanan menakjubkan Sanur. Prestasi gemilang entah sejak kapan, dan bertahan sangat lama hingga saat ini, sebagai fakta-fakta tak terbantahkan. 


Nilai-nilai ini adalah butiran-butiran debu, begitu juga pribadi-pribadi Sanurian adalah butiran-butiran debu, yang saya maknai sebagai 'powder'. Yang satu-satu atau sendiri-sendiri dan secara kolektif sebagai sebuah komunitas, berkarya nyata memberikan warna bagi lingkungan nya. Menjelma dalam rupa energi positif, kekuatan spiritual dalam prilaku yang kreatif berdaya guna, yang saya maknai sebagai 'power'. 


Sebutir debu yang dengan lugas menjadi tanda nyata kehadiranNya, tanda nyata kasihNya. Sukacita. From powder to power, begitu yang tertulis, slogan di kaos kenangan reuni Sanurian. Kaos kenangan sederhana, kaos keseharian yang bahkan dengan disain sangat biasa, tetapi pesan tersampaikan.


Di sana ada proses yang bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik, pendidikan berkarakter, disana ada penjabaran nyata apa itu kasih, bagaimana bertekun setia pada hal-hal kecil, disiplin, jujur, keperdulian dll. dll. Disana ada proses belajar bukan untuk melulu prestasi akademis, tetapi belajar untuk hidup. 


Tuhan sungguh sangat baik.


Selamat tahun baru 2021, terima kasih.

#ngopisik #hbd_istrikuh

 


Slogan on a Sanurian Reunion T-Shirt

 

From powder to power, from here I start. For a long time, the desire to write fragments of stories about Sanur, a desire that keeps on tickling my mind.

As an initial story fragment, I started with the number (0), with the hope that there would be enough opportunities to write other pieces of the story, (1) (2) (3) and so on. As well as specifically (0) as an appreciation for the Sanur community, which has consistently displayed a face of love wrapped in sincerity and humility, which is of course a benefit to many people.

And in particular, part (0), I dedicate to kakak-kakak kece A3Y-90, who have become a kind of Sanurian model, whose personal spirit of work fascinates me and in this case triggers my determination to write. Too beautiful colorful to miss. Keep a lot of stories, simple little stories, which ground the noble values ​​of life.

Such as the amazing stories of Mother Theresa's real love, which very clearly tells the story of a human child who with full awareness is pleased to admit that everything he does is His. Became a pen when God wrote His love letters to mankind, His beloved children. But this time, I personally experienced it, receiving His love letter, which He wrote with a Sanurian pen brand. Her love letters that I receive many times in my daily life.

The fragments of the story that I write are expressions of personal thought, subjective opinion; hopefully not mistaken; and presumably useful. I hope that there will be enough energy to write some fragments of the story, I don't know when I can write fragments (1) (2) etc., and also hope to be able to read fragments of stories written by anyone, and really hope to find fragments of stories around the daily life of Sr. Francesco Marianti, OSU. which I believe must be amazing.

A story fragment that reveals the values ​​behind Sanur's amazing journey. A resounding accomplishment who knows since when, and lasts very long until now, as indisputable facts.

These values ​​are dust grains, as well as Sanurian individuals are dust grains, which I interpret as 'powder'. One-on-one or individually and collectively as a community, doing real work to give color to their environment. It manifests in the form of positive energy, spiritual power in creative and effective behavior, which I interpret as 'power'.

A grain of dust that immediately became a visible sign of His presence, a visible sign of His love. Joy. From powder to power, it was written, the slogan on the t-shirt of the Sanurian reunion. Simple memorial t-shirts, everyday t-shirts that are even with very ordinary designs, but the message is conveyed.

There is a process that is not only teaching but also educating, character education, there is a real explanation of what love is, how to be faithful to small things, discipline, honesty, care, etc. etc. There is a learning process not only for academic achievement, but learning to live.

God is really very good.

Happy new year 2021, thank you. #ngopisik #hbd_istrikuh

 


November 27, 2017

Kios Kantin, Cui Kao Pekong, Mentarow
 Panggung, lapangan terbuka Vihara Samudra Darma

Sedelia, KATEDRA

KATEDRA, terpasang 06-September-2017, Gereja Katedral Pangkal Pinang, design by pakGun, dikonsep bersama Romo RD. Ludgerus Lusi Oke
 
Ilustrasi, rencana
 
 
BERKAH, untuk semua.
Rumah Pasturan & GSG Paroki KI Tiban
Komp. Al Furqon, Skp
 GKPS, Tiban Ayu
 Pekong Abun
 Rg Relique dan Samadi, Maitri Sagara
 Gerbang Parkir, Maitri Sagara
 Rumah Resan Datuk Raja Sulaiman, Mentarow
Madrasah, TgUncang

Plasa Gerbang Goa Maria Keuskupan
 Porta Santa, PangkalPinang
 Kapela Kerahiman Ilahi, Pk Pinang

My Work







RUMAH CAFE MR.Man
 Kople, Patam
 Rumah Mr.Soekendro
 Gedung Kantor, Skp
 Vihara Samudra Darma
 Rumah Textile Mr.Soekijo
 Fighting Club, Mr.Danny
 Rumah Pak Gusti

November 25, 2017

BERCERMIN



Sore tadi, cuaca Batam lebih panas dari biasanya, sepanjang hari gerah, keringetan dan lengket. Jadilah mandi sore lebih awal, biar sejuk dan segarrrr. 

Kebiasaan sebelum mandi berdiri di depan cermin, wehhh brengos (kumis) sudah panjang dan sedikit acak adul. Sambil potong brengos tetiba saja kepikiran, untung saja ada cermin, jadi tahu kalo brengosku sudah kepanjangan dan indah dihiasi sedikit uban. Hebat ya penemu cermin. Hebatnya lagi cermin tidak pernah bohong, selalu jujur.

Kalau lah cermin selalu jujur, artinya bisa untuk melihat seperti apa kita, itulah bayangan yang ada di balik cermin. Seandainya saja cermin kehidupan (mawas diri) setegas kaca cermin, beruntunglah kita semua, mudah melihat mana kekurangan kita. Karena sesungguhnya bagaimanapun kebidupan kita, apapun yang kita alami adalah cerminan yang sejujur-jujurnya dari diri kita.

Kenyataannya, ketika ‘bercermin’, mawas, begitu sulit melihat bayangan kita sendiri, begitu sulit melihat dan mengakui kekurangan diri. Seandainya lah ini yang terjadi, sesungguhnya dibutuhkan lebih banyak rendah hati. Sikap batin yang rendah hati ibarat lap dan cairan pembersih kaca. Semprot, lap, lap, lap, dan jreng-jreng, lebih jelas bayangan di balik cermin. 

Sikap batin rendah hati ketika dibumbui dengan sedikit kesadaran dan pemahaman, akan menjadi awal yang baik untuk memperbaiki keadaan. Kesadaran dan pemahaman bahwa beban hidup adalah dosa. Entah itu beban kesedihan, kuatir, sakit hati, kecewa, kewajiban tak terselesaikan, perasaan remuk redam, letih lesu dll, dll. Ya, dengan rendah hati, menyadari itu semua yang terjadi adalah cerminan kita yang sejujurnya.

Dengan begitu maka sesungguhnya yang kita butuhkan adalah pengampunan. Kebutuhan pengampunan adalah kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia. Pengampunan untuk membersihkan hidup kita. Seperti ketika kita habis ngopi, gelas dibiarkan kotor, mungkin sampe berjamur. Jangankan diisi teh atau susu, bahkan buat ngopi lagi pun tidak bisa, bahkan bisa menjadi bibit penyakit. Bersih menjadi syarat kelayakan menerima berkah, dan pengampunan 

adalah kebutuhan.

Bukankan kerena kasihNya penebusan sudah dibayar lunas, tetapi bertobat, dengan rendah hati mengakui kesalahan adalah keniscayaan. Dalam hal ini bercermin perlu dilatih, sampai bisa dengan rendah hati mengakui kesalahan-kesalahan dan mohon pengampunan.

Betul, pengampunan atau penebusan adalah keniscayaan, tetapi memaafkan adalah syaratnya. Menjadilah pemaaf, jalin silaturahmi dengan sesama, jangan ada kebencian di antara kita, sampai tahap bisa mencitai. Menjadilah ikhlas menerima keadaan sampai tahap bisa bersyukur. Seandainya lah belum bisa mencintai dan belum bisa bersyukur, setidaknya jangan membenci dan jangan menyalahkan keadaan. Lantas apa yang mesti kita lakukan?

Untuk memudahkan memahami dan melangkah, jadikan hidup kita sebagai sebuah devosi, sebuah pengabdian, wujudkan dalam bentuk bakti, penyerahan diri dan setia. Bukan devosi sebagai ritul doa. Jika ritual devosi dijalani dengan sungguh-sungguh maksimal hanya bisa merasakan kesengsaraannya. Dan ketika ritual dijalani dengan kontemplasi, bisa menyentuh hati. Tetapi yang terpenting ketika devosi bisa terwujud secara empiris, bukan sekeder ritual tetapi nyata dalam kehidupan keseharian.

Dan ketikan hidup keseharian adalah sebuah devosi maka hidup kita akan menjadi pengabdian panjang kepadaNya selama hayat masih dikandung bandan, dan terdiri dari pengabdian-pengabdian pendek yang berseri maupun yang paralel, berkelanjutan dengan setia berbakti kepadaNya.

Menyadari bisa sebagai awal, bercermin, caritahu apa yang terjadi, dan jadikan ketetapan. Ketika sudah ditetapkan, entah itu keinginan, cita-cita, menyelesaikan kewajiban, mencintai keluarga, pekerjaan, atau apapun, bahkan ketika keketapan itu adalah hukuman mati. Jalani pengabdian dengan setia sampai akhir.

Keseharian, misal bersih-bersih rumah, jadikan itu wujud bakti kepadaNya. Berdamai dengan keluarga, bekerja, dan semua aktifitas keseharian jalani dengan ketaatan atau setia dan jadikan bakti kepadaNya.

Dan ketika datang rintangan, ketika terjatuh, jangan kuatir. Ketika keseharianmu adalah wujud bakti maka akan datang juga pertolongan, mungkin dari keluarga, teman, atau bahkan orang yang tidak kita kenal. Mungkin bisa saja perotolongan membantu memikul beban kita, atau bahkan sekedar menyeka keringat kita, tetapi percayalah itu yang akan terjadi. Ketika jatuh inilah, kerendahan hati dibutuhkan untuk memohon pengampunan. Dan lanjutkan pengabdian.

Ketika terjatuh lagi, mohonlah pengampunan lagi, sembari bercermin apakah kita sudah menjadi pemaaf. Begitu seterusnya, tetaplah setia.

Satu devosi pendek akan berujung pada puncaknya ketika satu ketetapan digenapi atau mencapai kecukupannya. Dan itu hanya terjadi ketika kita sudah bisa menemukan penyerahan diri, kepasrahan kepadaNya atas penyelenggaran seluruh hidup keseharian kita. Ya seluruhnya kita serahkan, pekerjaan, keluarga, semua permasalahan, jiwa dan raga.

Satu contoh kecil patut dicoba. Menjelang tidur, rileks, siapkan hati, “……kuserahkan nyawaku kepadaMu ….”. Rasakan sensasinya, dan pergilah tidur. Esok hari, ketika bangun, kembali rasakan sensasinya, menjadi seperti terlahir kembali. 

Dalam keseharian, rasakan sensasi kerahimanNya. Kalau lah nyawapun sudah kau serahkan, beban terasa sudah diangkat, nyata kehadiranNya dalam keseharian.

Sungguh, ini tidak pandang rupa, sesiapa yang menjadikan hidupnya sebuah pengabdian dan penyerahan diri akan tersedia cukup solusi, semakin indah hidupnya, semakin happy kesehariannya.

Saatnya tiba, kebiasaan bercermin bisa menjadikan kita menyadari apa yang sedang terjadi (ya, kadang hanya ‘menyadari’ yang dibutuhkan, sebelum terlambat) dan membawa perubahan-perubahan. Ya gitu deh.

April 03, 2014

INDONESIAKU (37)

.....................
dalam keadaan darurat
sejenak aku tertegun
.......................................................
sudah
sekian lama, entah dalam damai
entah dalam hening atau dalam sepi
tiada kata mudah diucap
tidak juga satu kata mudah ditulis
darurat
darurat ....
...................
Indonesiaku dalam keadaan darurat
kini dan sudah dari beberapa lama sebelumnya
bukankah eksistensi komisi-komisi
adalah tanda
darurat korupsi
darurat penegakan hukum
darurat pelanggaran hak asasi
sehinggalah ada KPK, Komnas HAM
dan komisi-komisi yang lain
................
darurat
institusi yang ada tidak
berfungsi selayaknya
....................
dan
beberapa hari lagi pemilu digelar
kuberharap
akan muncul orang orang
yang tidak hanya berani tetapi
juga mampu
membangun Indonesiaku
memperbaiki keadaan
sehinggalah
ruang ruang penjara dibangun untuk
dipenuhi
dan rakyat mendapat
penghargaan layak atas karyanya
...............
Indonesiaku
biarlah Pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

October 06, 2013

BUNGENTUWO



Bungentuwo, jarwo dhosok sing kanggo sebagian wong mungkin malah durung tau krungu, nanging kanggene kula bungentuwo wis kawit cilik sering krungu, malah tumekane saiki uga isih sering takucapke. Sejatini bungentuwo kuwi akronim utawa singkatan yang menjadi sebuah kata tersendiri. Bungentuwo, mlebu kuping tengen metu kuping kiwo.
Nalika kula cilik, yen ibu duka (merga kula mbaleni luput sing padha), banjur ngendika bungentuwo. Maksude wis dingendikani bola-bali kok isih tumindak sing kurang becik, tregese sing dingendikake wong tuwo ora dirungokake utawa ora dieling-eling, mung mleBU kuping teNGEN njur meTU kuping kiWO, bablas ora nyanthel.  Bungentuwo.
Ing kene kula ora arep crita cilikanku, crita iku wis cukup tak critakke nyang anakku wae. Senajan sejatine akeh kedadean ing kala semana sing kanggo sinau. Nanging ana bab wigati sing bisa diothak-athik magepokan karo tembung bungentuwo tumuju kanggo ngudhari kahanan ing jaman saiki. Raketang mung sithik bisaa kanggo nyumerebi kasunyatan kahanan saiki sing tansaya rusak.
Caba wae panjengan gatekake kahanan ing kiwo tengen, kanane negara lan sak piturute. Njenegan othak-athik, dipenggalih sing wening. Jaman wis maju, teknologi informasi uga ura mruwat perkembangane. Informasi bab-bab aturan-aturan, tata cara, lan kawruhing wong urip bisa ditemoni sak nggon-nggon. Buku-buku, lan sumber-sumber infaormasi liyane wis cumepak.
Semono uga, kativitas menungsa ora kuwi ing sesrawungan, ing penggawean, ing tempat-tempat ibadah, ing media massa lan liya-liyane, saben dina ana kabeh lan gampang di temoni. Iki tegese saben dina uga kula lan panjenengan weruh lan krungu bab-bab becik, wujud bacaan, siaran TV, kotbah lan sak piturute.
Saben dina krungu seserepan-serepan, esuk awan sore, mlebu kuping tengen metu kuping kiwa. Bener ora kabeh bablas, nanging yen kita wani jujur, tak kira ora nganti sepuluh persen sing nyanthel, kok sepuluh persen sak persen wae wis apik. Jane manungsa kuwi wis kebangeten.
Yen nyanthel, isih kudu dititi, nyanthel thok mung nambah memori utawa nyanthel banjur munjud ing prilaku. Sebab ing kasunyatan, sak bab wae sing jenenge korupsi wis ngebaki bumi Indonesia. Lha sing nglakoni saben dina krungu informasi endi becik endi ala. Kayane ya beragama, sekolah! Apa tembunge yen ora bungentuwo.
Bungentuwo iku kasuse kabeh menungsa, mung wektu saiki stadiume wis papat, yen penyakit wis kronis. Lha sing wigati sing tak maksud ing ndhuwur, merga bungentuwo iki sing akaeh-akeh ora disadhari ora dirumangsani, ora beda kula panjenengan sami. Nangin nggo ngrumangsani iku sak bab dhewe, sebab krungu karo rumangsa iku beda dimensi.
Nyata bener tetembungan semut di seberang lautan kelihatan gajah di pelupuk mata tidak kelihata, probleme akeh wong sing omong ngono tapi ora menyadhari yen sing omong ya ngalami. Nanging ya kuwi mau krungu karo rumangsa beda dimensi. Mula akeh seserepan sing mung bablas thok, bungentuwo. Kamangka rasa rumangsa kuwi wadhahe seserepan, ben bisa nyanthel banjur bisa ngowahi prilaku manungsa.
Tata lahir manungsa butuh mangan ben waras, ben kupinge krungu. Batin manungsa uga butuh mangan, tembung berkah, supaya bisa ngrumangsani. Dudu akehe seserepan sing dirungokake, ben dina krungu siraman rohani utawa digrujugi malah mung keplepegen, yen batin ora bisa madahi. Ora mung tata lahir, batin uga wajib diopeni.
Mula ngalap berkah iku penting, wujud panyuwunan, ndedonga, utawa disembur dhewe awake. Aja mung mangan sega, becik dikulinakake tumrap batine ya uwur ya sembur. Berkehi dhewe awake dhewe. Didandane awake dhewe-dhewe. Supaya kahanan bisa berubah tansaya dina tandaya apik.
Raketang mung sethithik, bab bungentuwo, coba njenengan penggalih. Mugi kita sami tinebihna saking sambekala, tansah pinaringan berkah Gusti.

October 04, 2013

STARTING FROM A DREAM (Kerahiman Ilahi Tiban)



Starting from a dream, based on demands, are sketched delusion, is now proceeding, may be empirical.

One day, in the small talk between Pastor Oke with me, I catch the idea to improve our parish church building, he said. Obviously this idea has also been discussed in previous conversations with other comrades. When Pastor Oke pointed me to create architectural designs.


I accept this task with joy, I feel like a dream come true. It has been several years earlier, I dreamed of this. As my profession that relies a little skill as an architect. Fit, such as finding a soul mate, a beautiful dream of a Pastor Oke has found his own destiny.


He has made our church a green environment, more lively atmosphere, a comfortable place to stop, and colored by the joy of children, who in everyday life can comfortably play freely there. And so many good things that we had together, but I'm not talking about the Pastor, I am also not promoting him. I just want to say, this about most of his dreams, which to me is very beautiful, he wants the parish could become a haven for all.

I hope God's involvement, making this our dream. Inspire and motivate us. And may His blessings filled the whole earth.



With joy, (Ign. GP)

Should you wish, to be a part in the realization of this dream, you can contact me at ign_igun@yahoo.com God Bless You.



Kawiwitan dening panjangka, adhedasar tuwuhe butuh, gegayuhane ati cinipta ing sketsa, mugi kasembadan.

Sawijining dinten, rikala kula sesanjangan kalian Romo Oke, kula lanjeng sumerep wontene pinemu ndandosi gedung grejo ing Paroki Kerahiman Ilahi Tiban, mekaten pangandikane Romo. Rekala semanten Romo ngersaaken supados kula samangke saget damel gambaripun.
Kula tampi tugas menika kanthi remen. Ingkang kula raosaken kepenginan kula dados kasunyatan. Bilih sampun sak wetawis wedal kula jangka, saget nggambar gedung greja ing Paroki kula piyambak. Menika sesambetan kalian profesi arsitek ingkang kula lampahi. Pas, kaya tumbu ketemu tutup, panjangkane Romo Oke ingkang miturut kula elok saget pinanggih nasibipun.
Piyambakipun sampun damel lingkungan grejo ingkang ijo royo-royo, sumringah kawontenanipun, papan ingkang sekeca kangge ngempal, dihiasi suwantene lare-lare ingkang saged krasan lan bebas anggenipun dolanan. Estu kathah bab-bab utami ingkang dipunraosaken sesarengan, nanging menika maksudipun mboten nyanjangaken pibadinipun Romo, sanes ngalem Piyambakipun. Kula namung badhe sanjang, bilih menika seperangan panjangkanipun Romo, ingkang miturut kula elok, panjangka sageta Paroki dados rumah singgah kengge sedanten tiyang.
Mugi Gusti nyembadani, ndadosaken menika panjangka kita sedanten. Mugi berkahing Gusti ngebaki ndonya.
Nuwun, (Ign. GP)