September 30, 2010

rapat

Kemarin, selagi sy asyik dg desain kawasan wisata/resort, mendekatlah istri "mas, anaknya pesan ntar selesai ngerjain PR dia minta diadakan rapat keluarga". "Ya". Apalagi yang dimau Dhiga, anak perempuan sy yg kls 3 SD, 8 tahun, dan cantik, begitu yang terlintas di benak dan kembali sy asyik dg pekerjaan.

Tdk berselang berapa lama, Dhiga sudah duduk di samping saya, "papi, berhenti dulu ya bekerjanya". Berikutnya kami sudah berkumpul di rg depan, sy dan istri mengambil tempat berdampingan dan Dhiga memposisikan diri duduk berhadapan dengan kami. "Dhiga yang minta rapat, Dhiga yang pimpin rapat, oke?".
"Selamat siang, ... bla3x... (mungkin maksudnya membuka rapat). Dhiga punya ide, bagaimana kalau kita membuka perpustakaan kecil, supaya buku2 dhiga bisa dibaca anak-anak di daerah ini, begitulah, bagaimana? ... bla3x". Dhiga bicara cukup panjang, dengan tata bahasa yang belepotan, dengan kosa kata yang terbatas, yang intinya perpustakaan kecilnya atau koleksi buku2nya ingin dijadikan perpurtakaan umum yang bisa dibaca anak2 di lingkungan.
Untuk beberapa saat sy dan juga istri, terdiam, blangkemen, tak bisa berkata-kata, barangkali karena idenya itu lho. Dan berikutnya Dhiga sudah bicara lagi menyampaikan apa yang ada di benaknya tentang perpustakaan. Minta dibuatin jadwal buka, berapa lama buku boleh dipinjam, denda untuk keterlambatan, Minta dibelikan buku yang besar untuk mencatat judul buku siapa yg membuat siapa yang pinjam dan kapan harus mengembalikan, usul rg tamu dikosongkan untuk perpustakaan dan teras untuk rg baca, untuk peminjam teerbanyak diberi hadiah satu buku, bahkan katanya papi kalau jalan2 di lingkungan dimintanya sambil lihat2 tempat yang cukup luas untuk mendirikan perpustakaan, usul liburan sekolah nanti (yg biasanya untuk mudik ke Grabag & Jakarta) jangan lama2 supaya papi bisa membuat rak buku.
Tidak semua yang Dhiga sampaikan saya ingat tetapi memang dia bicara cukup panjang, dan ini memberi waktu saya pulih dari blangkemen, karena memang dia menunggu jawaban dari kami. Rapat kali ini tidak seperti biasanya, sudah sering sy dibuat terpana dalam keseharian, tapi tdk sampai blangkemen. Memang sudah dari sebelumnya sudah sering menyampaikan keinginannya dengan gayanya yg serius, beberapa kali mengusulkan rapat keluarga.
Dan semenjak kelas satu SD dulu sudah mulai menulis cerita2 pendek. Berawal dari cerita yang betul2 pendek, kemudian tanpa sy sadari ternyata sdh bisa nulis belasan lembar bahkan puluhan lembar. Juga bikin puisi, nulis surat ke Utinya,bahkan suatu hari ketika gurunya marah2 di kelas di menulis surat protes ke gurunya.
Dan kali ini Dhiga inginnya membuka perpustakaan kecil. Sy dan istri bergantian menjelaskan beberapa hal, supaya paham dengan keinginannya dan terutama supaya tidak kecewa, karena memang belum bisa diwujudkan.
Terima kasih Dhiga, ....
blog Dhiga