October 30, 2007

INDONESIAKU (13)

kubaca pagi ini
presidenmupun pandai menyanyi
selagi ada membuat aksi
siapa akan menyaingi
siapa akan menandingi
negeriku, catatlah itu sebagai prestasi
bukan caci maki
bukankah harus terus belajar menghargai
menikmati suasana demokrasi
bukankah harus terus mengkritisi
menikmati suasana bebas berekspresi
bukankah musikpun harus menjadi
tuan rumah di negeri sendiri
menjadi bangsa yang mandiri
walau masih dua tahun lagi
selagi ada membuat aksi

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (12)

pernah kudengar
bobroknya instrumen penyelenggaramu
karena ...
apa yang kau miliki adalah kepunyaan rakyatmu
untuk kesejahteraan rakyatmu
bukan untuk dibagi-bagi layaknya
warisan dari leluhur mereka
mengapa ...
tidak engkau jalankan fitpropertestmu
supayalah ketemu siapa yang
tepat atas posisi dan waktu
dan biarlah mereka ada sungguh
untuk mensejahterakan rakyatmu
bukankah engkau ada untuk rakyatmu
engkau ada dari rakyatmu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (11)

indonesiaku adalah pancasilaku
pancasilaku adalah indonesiaku
tidak sadarkah begitu membumi pancasilamu
begitulah dasar bernegara dan bermasyarakatmu
takkan engkau hidup dan maju tanpanya

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (10)

kutahu sinar matamu sendu
kutahu engkau tak bahagia
walau sejuta kata semanis madu
takkan mampu menghibur hatimu
lirik sebuah lagukah, sepertinya begitu
lantas akankah matamu tidak lagi sendu
bahagia dan terhibur hatimu
manakala karya nyata yang diperbuat
bangsamu
sepertinya begitu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (9)

' ..... oh help me please, is there some one
who can make me wakeup from this dream ..... '
suatu hari kudengar alunan sebuah lagu
yang terdengan seolah itulah nyanyianmu
yang tidak berdaya
menunggu dan merindukan
cinta dari rakyatmu
peduli dari rakyatmu
supaya waktu tidak sekedar berlalu
biarlah maju negerimu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (8)

terwadahilah semua kepentingan rakyatmu
berfungsilah seluruh komponen negaramu
terjagalah adat budaya ketimuranmu
berdiri tegaklah legislasimu
berdiri tegaklah eksekusimu
berdiri tegaklah yudikasimu
dan biarlah ...
sejahtera rakyatmu
berjaya negaramu
terjaga wilayahmu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (7)

merindukan menjadi tuan rumah
di negerimu sendiri
biarlah keputusan-keputusanmu
terbebas dari tekanan
biarlah pasarmu tidak dilanda banjir
produk-produk tetanggamu
biarlah rakyatmu nyaman
menjadikanmu rumah
biarlah mandiri semua atasmu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (6)

sadarkah engkau begitu besar
puluhan ribu pulau
begitu banyak suku dan bahasamu
begitu kaya budayamu
melimpah ruah sumber daya alammu
begitu banyak pendudukmu
begitu membumi dasar negaramu
menafsukan ...
banyak manusia untuk merusak
dan menjarahmu
akankah ...
menyemangati rakyat dan para pegawaimu
untuk membangunmu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (5)

engkau ada untukku
engkau ada untuk rakyatmu
engkau ada untuk wilayahmu
engkau ada untuk eksistensimu
biarlah para pegawaimu
mengelolamu untuk menjagamu
menjaga rakyatmu
menjaga wilayahmu
menjaga eksistensimu
sudah begitukan para pegawaimu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (4)

indah negerimu
begitu luas begitu banyak pulau-pulaumu
kapan akan bersatu padu NKRImu
amankah teritorialmu
hentikan penjarahan kekayaan negerimu
meningkatlah ketahananmu
meningkatlah harga dirimu
usah takut usah ragu
wargamu akan membelamu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

October 25, 2007

INDONESIAKU (3)

di mana bumi dipijak
di situ langit dijunjung
engkau bumiku engkau langitku
engkau kupijak dan engkau kujunjung
aku bangga menjadi rakyatmu
biarlah banyak yang malu mengaku
akan kutinggikan harga dirimu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

October 23, 2007

HP Pertama Dhiga

Mulai hari ini dhiga punya handphone baru walaupun sebenarnya handphone itu bekas punya maminya, tapi baru sekarang dia punya no pribadi dan diberi kebebasan utk make tuh hp. Senengnya bukan main, papi yang ada di ruang tamu ditelpon dari kamar, minta ditemenin mami juga bilangnya via sms. Uti, akung and papa bayunya juga disms, dia berharap dapat balasan, ekspresi mukanya bagus banget pas denger ada telp atawa sms masuk, heboh.

Ide ngasih dhiga hp sebenarnya tidak sengaja. Pas lagi makan malam diluar, dia rada bete, trus buat ngalihin perhatiannya, sang papi ngajarin dia kirim sms ke sang mami yang duduk disebelahnya, tapi begitu baca pengirim sms yg tertera di hp mami dia kecewa, kenapa bukan nama dhiga yg muncul melainkan nama suami yg muncul padahal dia merasa dia yang kirim sms, nah disitu muncul ide ngasih dia no and kebenaran ada hp tua yang nganggur, mumpung masih kecil, dia nggak bakalan protes dengan model hp yang udah ketinggalan jaman.

Jaman emang udah jauh berubah sekarang anak kecil udah pegang hp, ngga kaya jaman maminya dulu, baru pegang hp setelah bisa cari uang sendiri, cari no juga susah and mahal. Bersyukur deh anak-anak yang pada lahir belakangan.

INDONESIAKU (2)

banyak bencana menimpamu
banyak korupsi menggerogotimu
banyak ketidakpastian menyelimutimu
banyak yang menderita rakyatmu
banyak ketidakadilan di wilayahmu
banyak konotasi negatif di wajahmu
banyak yang meragukan kompetensimu
banyak sekali yang lucu di negerimu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

INDONESIAKU (1)

hari ini SBY presidenmu
suatu hari nanti akulah presidenmu
ya biarlah seperti yang pertama dulu
seorang arsitek kepala negaramu

biarlah pancasila falsafahmu
suatu hari nanti akulah presidenmu

P A G A R ALUN-ALUN

Dalam skala kota, alun-alun mempunyai peran sebagai ruang pengikat berbagai fasilitas yang berbeda seperti fasilitas perkantoran, peribadatan maupun fasilitas komersial / perdagangan. Pola semacam ini telah ada sebelum jaman penjajahan Belanda dahulu kala dan tipologinya masih dijumpai diberbagai kota besar di Indonesia, tak terkecuali di kota Batam.

Dilihat dari tata masa yang ada, alun alun di Batam berfungsi sebagai pengikat Kantor Otorita Batam, Pemerintah Kota, Masjid Raya dan Mega Mall. Jadi tidaklah begitu salah bila ada keinginan bahwa alun alun di kota Batam dikondisikan seperti alun alun yang lain yaitu pyur dibuka untuk masyarakat luas. Supaya tidak nyleneh !

Alun-alun juga berfungsi sebagai sarana yang menampung berbagai kegiatan baik yang bersifat formal maupun nonformal atau sebagai tempat komunikasi sosial masyarakat luas.

Dari keseluruhan perannya, menunjukan bahwa alun-alun berpredikat sebagai “ruang publik”.

Lantas bagaimana jika alun alun diberi pagar ? Yang tahu persis tentunya bukan tukang yang membangun, tetapi yang punya ide, iya to ?.Dan mari kita telusuri indikasinya kenapa dipagar !.

Pagar mempunyai fungsi utama sebagai pembatas. Tujuan yang ingin dicapai pemagaran adalah membentuk “ruang private”.

Dalam kontek ini, pembentukan “ruang private” dengan sendirinya akan memunculkan rambu-rambu tertentu yang harus ditaati publik untuk dapat masuk kedalamnya.

Mengambil pengertian tersebut diatas, pemagaran akan bisa dipahami untuk hal-hal yang bersifat kepemilikan, perelindungan sesuatu yang berharga walaupun bersifat umum seperti pemagaran makam atau juga untuk keperluan keselamatan, misalnya supaya tidak masuk jurang.

Pemagaran alun-alun adalah hal yang kontradiktif bila tidak mengandung unsur kepemilikan & perlindungan perlindungan tertentu. Pemagaran hanya akan memberikan kesan adanya keinginan untuk merubah alun-alun sebagai “ruang publik” menjadi “ruang private”.

Kalau sudah demikian maka yang terasa adalah adanya kesan aneksasi terhadap “ruang publik” atau eksklusifisme yang tidak pas.

Pengaturan salah satu pintu masuk lebih dominan dari yang lainnya, akan memperkuat indikasi bahwa diposisi pintu itulah seolah-olah pemiliknya, walaupun barangkali keinginannya tidaklah demikian.

Pemagaran alun-alun toh bisa saja tetap mempertahankan “ruang publik” tanpa harus emosi. Cara yang lebih bijaksana bila bukaan / akses untuk masuk dibuat berimbang pada semua sisi tanpa adanya pintu gerbang.

Joni – Arif, Arsitek sedang berseloroh


click

adalah satu film yang layak untuk disimak.

adalah sebuah kritik analogis yang baik atas pola aktivitas keseharian yang kontemplativ. sebuah drama bersayap, drama komedi yang dikemas bagus dengan pesan moral yang begitu lugas. bahwa, 'menyesal kemudian tiada guna'.

kenyataannya banyak dari kita yang dalam kurun waktu tertentu bahkan sering sampai manula, sering dikontrol oleh sebuah remote control yang namanya nafsu, ambisi, uang, pekerjan, kilaf ..... whatever. pada gilirannya begitu kesadaran muncul, rasa-rasanya keadaan sudah begitu tidak terkendali.

mengapa ya perenungan baru dilakukan berikutnya? atau barangkali pola kontemplativ dengan kosekuensi logisnya sebuah kesadaran yang cukup dalam setiap aktivitas keseharian, hanya cocok untuk para manula, ... atau menunggu frustasi dulu?

eit, ... jangan salah, banyak kok yang sadar kalo yang dilakukan itu tidak benar tapi tetap saja dilakukan, dan akhirnya jadi kebiasaan. itu namanya nekad! ibarat pepatah, 'jamane jaman edan yen ora ngedan ora komanan'. bisa-bisa yang tidak ngedan malah disebut edan.

ign igun kembali bertanya-tanya

R U K I L I, APA ITU ?


Rukili bisa saja nama orang, akan tetapi Rukili yang dimaksud disini adalah rumah kios liar !.

Rukuli tidak setenar kawannya yang bernama Ruli (rumah liar), Kili (kios liar) dan Ruko (rumah toko), namun demikian sepak terjangnya perlu diwaspadai secara terus menerus. Dengan taktik hit and runmya, Rukili mampu menaklukkan wilayah strategis yang satu ke tempat yang lain. Setelah Tanjung Pantun lumpuh pindah ke Matahari Batam Centre (dulu) dan selanjutnya entah kemana lagi.

Rukili eksis dimana-mana hampir disetiap sudut kota atau disekitar pusat – pusat keramaian. Eksistensi Rukili selalu dipresentasikan dengan keadaan bencana pada wilayah yang didudukinya seperti lumpuhnya aktivitas perdagangan utama, kerawanan sosial, macet, kumuh dan black attribute lainnya.

Memindahkan / menggusur Rukili juga lebih repot dibandingkan Ruli / Kili karena bisa bisa saguh hatinya untuk dua hal. Yang pertama saguhati tempat tinggal yang kedua saguhati tempat usaha. Berabe khan? Dewasa ini Rukili telah menjadi permasalahan kota yang cukup rumit untuk diselesaikan


Dan mari kita lihat upaya upaya penataan Rukila / Kili ditengah Kota kita.

Dalam perencanaan kota, kelengkapan berbagai fasilitas dalam suatu wilayah adalah mutlak diperlukan. Fasilitas yang satu menunjang fasilitas yang lain sehingga secara bersama-sama dapat menggerakan roda kehidupan secara normal. Adalah wajar bila di lingkungan permukiman dilengkapi fasilitas ibadah, komersial, pendidikan atau bahkan kesehatan. Yang tidak wajar apabila dilingkungan Rumah Sakit dibangun Puskesmas, dilingkungan Masjid dibangun Musholla, demikian pula dilingkungan Ruko/Mall dipermanenkan Rukili/Kili

Dengan memberikan space untuk Rukili / Kili di tengah Kota hanya akan memperkuat citra Kota sebagai Kota Metropolitan dari sisi heterogennya saja, apabila salah dalam penempatannya.

Penempatan Kaki Lima (sebagai jelmaan Rukili / Kili) di median jalan atau ditepi trotoar dapat dikatakan menyalahi tatanan yang ada. Karena Kaki Lima bukan jenis street furniture seperti halte, telpon umum dll yang bisa ditempatkan didalam daerah milik jalan (DMJ).

Sebagai contohnya adalah penataan Rukili / Kili di tepi trotoar depan May Mart Batam Centre dan di median jalan depan Balison Nagoya. Mempermanenkannya menjadi Kaki Lima pada tempat-tempat tersebut diatas hanya berefek pada nilai estetiknya saja. Penataan model ini selalu berdampak menggusur pejalan kaki ke jalur kendaraan sehingga lalu lintas menjadi macet dan semrawut.

Berbagai konsep penataan Rukili / Kili secara comprehensive tentunya sudah disiapkan oleh para Ahlinya, namun demikian seperti contoh diatas, tetap saja yang terlihat adalah dampak eksistensi Rukili / Kili yang lebih menonjol dibandingkan sisi baiknya. Kiranya perlu dipertanyakan pada tim penilai Adhipura barangkali masalah Rukili / Kili yang menjamur di ruas – ruas jalan ikut andil menyumbang Kota Kita berpredikat kota kotor.

Perlu pengkajian lebih lanjut agar penataan Kaki Lima sebagai upaya untuk mendukung aktivitas kota menjadi lebih hidup dapat tercapai. Apabila berbagai upaya dirasa gagal, apakah tidak sebaiknya dicoba konsep penataan dengan mengembalikan Rukili pada habitat Li (lingkungan ruli) supaya tercipta simbiosis mutualisme antar Li.

Joni – Arif, arsitek sedang seloroh

October 22, 2007

IKATAN MATERIAL

Materialistis! Satu kata yang berkonotasi negatif pada saat diterapkan untuk menilai, atau lebih sering untuk menghakimi seseorang. Tapi siapa sih yang tidak butuh materi, dalam kuantitas dan kualitas tertentu, walaupun sering diambisikan berlebihan dari pada kebutuhan.
Lantas mengapa materi begitu dikambinghitamkan, dan seolah religi jadi pahlawan?
Berbeda sekali bila disebutkan, religius!
Nah, kalau harus memilih yang mana pilihan kita?
...... Barangkali 'ikatan' materinya yang harus dilepas, dan
biarlah tetap menjadi pekerja keras tetapi tidak meninggalkan religi,
dan biarlah tetap menjadi religius tetapi tidak meninggalkan pekerjaan.
Mungkinkah .... ?

ing igun kembali bertanya-tanya

MENGALIR DAN BERPUTAR


pagi ini, hujan baru saja reda, jalanan masih basah. sembari menunggui anak sekolah, di kantin dekat sekolah dan secangkir kopi pahit ..........................

air laut melimpah, sampai-sampai sering dikatakan, 'percuma, seperti mengarami laut',
diterpa panas cahaya matahari, memanas dan menguap
naik dan menggumpal, jadilah awan di langit
yang berjalan, kemana saja angin meniup
saatnya tiba, turun lagi ke bumi sebagai hujan, ... menghidupi
dan pada gilirannya akan mengalir kembali ke lautan.
mengalir dan berputar, abadi ...
air laut melimpah ............................
bagaimana manusia ?

ign igun kembali bertanya-tanya.

MAKNA H A L T E / THE HALT

“Ayo cepat Nak nanti telambat !” teriak seorang Bapak berada diatas mobil masih belum berhasil menyalakan mesin.

Masih dengan sepatu yang sebelah belum ditali anaknya bergegas keluar rumah sambil menyahut “Iya Pak, tunggu !”.

Gruwek ! terdengar pintu mobil tertutup tidak bisa rapat. “Duduknya agak ke tengah entar jatuh” …curerek…grem…grem mesinpun hidup dan mobil berjalan pelan. “Gasnya tekan terus pak, supaya tidak mogok” anaknya kuatir kalau kalau mogok dijalan. Maklum mobil tahun 80 an yang mestinya sudah disekrap. pinta Bapaknya seraya mencolokkan kunci untuk yang kesekian kali dan akhirnya

Mereka adalah Bapak & Anak yang tinggalnya di Tiban Koperasi. Bapaknya akan berangkat kerja ke Batam Centre sekaligus mengantar Anaknya sekolah di SD Tiban BTN. Diantara perjalanan terdapat 2 halte yang selalu menimbulkan kemacetan.

“Waduh Pak, bakal macet !. lihat disana tidak ada pak Polisi !.” kata anaknya. Begitulah analisa anak-anak, kalau tidak ada pak Polisi jalan macet, kalau ada pak Polisi jalan lancar.

“Mosok sih !, coba perhatikan kenapa disetiap halte terjadi macet?” Bapaknya malah bertanya.

“Sebabnya di halte banyak berkumpul orang dan kendaraan !”

“Mosok sih !, banyak pula tempat seperti itu toh tidak macet !“ sergah Bapaknya.

“Kalau begitu mungkin penumpang atau sopirnya yang seenaknya!” jawab anaknya mulai menyalahkan.

“Mosok sih !, seenaknyapun kalau ada pak Polisi juga lancar !” sergah Bapaknya lagi.

“Kurang rambu-rambu Paaak“ anaknya mulai emosi merasa jawabannya tidak adayang benar.

“Mosok sih !, tidak ada rambu-rambupun kalau ada jalur khusus juga lancer !” kali ini sambil tersenyum Bapaknya menjawab.

Tak berapa lama kemudian tiba-tiba anaknya tertawa “Ha ha ha, desainnya yang salah merasa jawaban kali ini akan benar.

Mosok sih !, desainnya sudah benar kok, karena di halte sudah disediakan parking bay (antrian) untuk 2 mobil, sehingga mobil yang ketiga dan seterusnya antrinya di jalan dan inilahyang membuat macet !“.

Anaknya bingung mendengar jawaban Bapaknya, katanya desainya benar akan tetapi malah membuat macet.

Halte / the halt dalam kamus berarti pemberhentian. Konsep desainnya barangkali berangkat dari arti ini, sehingga keberadaan halte benar-benar sukses membuat kendaraan berhenti, tak terkecuali pengguna jalan sekaligus !.

Ya apa mau dikata, desain halte hanya benar dari sisi harafiahnya saja akan tetapi salah dalam aplikasinya.

Berhenti, berhenti pak, sudah sampai” dan tanpa pamit anaknya berlari kerena sudah terlambat. Ada rasa bangga pada anaknya ternyata cukup kritis dalam mengamati suatu masalah.

Tukang seloroh memaknai bahwa cukup anak SD untuk mengurai variable-variable penyebab kemacetan sebagai input desain Halte. Barangkali perencananya lupa ya ?

Joni – Arif., arsitek sedang berseloroh

October 21, 2007

CIRI RUMAH BATAM

“Ngir ngiiirrr …r” suara gerinda besi mendenging membuat bising ditelinga. Jam telah menunjukan pukul 10.45 malam namun kesibukan di bengkel las masih belum terlihat mereda.

“Sepertinya banyak orderan …hemmm” guman seorang penghuni rumah lirih. Rumahnya berdekatan dengan bengkel las yang berada diujung gang depan rumahnya. “Biasanya ¼ jam lagi mereka berhenti…terus sepi !” gumannya kembali. Kali ini terasa ada keresahan yang menyelip dibenaknya. Tak seberapa lama kemudian memang bengel las telah tutup dan suasana bising berubah menjadi lengang.

Kebisingan tengah malam bukanlah menjadi masalah, akan tetapi suasana sepilah yang membuatnya resah. Aneh ! Namun begitulah kalau orang lagi strees.

Kesibukan di bengkel las rupanya telah memberikan rasa aman karena secara tidak langsung gang depan rumahnya ikut terawasi. Sementara disaat kelengangan malam biasanya lantas muncul manusia-manusia tidak dikenal, maling !.

”Yach … gajian bulan depan baru bisa pasang teralis !” tarikan napasnya panjang, keinginannya untuk membuat rumahnya aman tertunda, lantas tertidur dengan pentung masih menempel ditangannya. Begitulah gambaran bahwa rasa aman telah menjadi sesuatu yang mahal.

Diberbagai tingkatan, tidak saja dilingkungan perumahan elit tetapi juga dilingkungan RSS keresahan yang sama masih saja ada. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan seperti pemasangan alat-alat canggih, sewa keamanan pribadi, pagar tinggi serta siskamling namun tetap saja teralis terpasang dimana mana. Teralis telah menjadi elemen rumah tinggal yang cukup menonjol.

Hasil karya arsitek baru dikatakan berhasil baik apabila penampilan bangunan yang dirancang mampu mengekpresikan fungsi yang diwadahinya. Konsep tersebut dalam dunia arsitektur sering disebut dengan “building communication“. Adanya building communication maka bangunan akan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. Dalam perkembangannya, beberapa bangunan pada akhirnya mempunyai bahasa tersendiri untuk memperkenalkan diri.

Kalau kantor pos bahasanya dengan warna orange, gedung kejaksaan bentuknya seimbang dengan kolom kolomnya tegas menjulang, penjara dengan jerujinya dll, maka ciri rumah di Batam banyak teralisnya.

Yang menarik adalah membandingkan jeruji di penjara dengan teralis di rumah. Secara fungsi tentu tidak ada perbedaannya karena sama-sama untuk mengurung. Yang berbeda hanya posisi orangnya, kalau di penjara yang bebas sipirnya sedangkan di perumahan yang bebas adalah malingnya. Dan karenanya rumah telah menjadi penjara bagi penghuninya,

PR bagi para arsitek supaya dalam merancang rumah sekaligus merancang teralisnya sehingga keindahan tidak tergadaikan begitu saja demi rasa aman .

Suka atau tidak suka rupanya maling telah memberikan andil terhadap ciri rumah tinggal di Batam.

Joni – Arif, Arsitek sedang berseloroh.