October 22, 2007

MAKNA H A L T E / THE HALT

“Ayo cepat Nak nanti telambat !” teriak seorang Bapak berada diatas mobil masih belum berhasil menyalakan mesin.

Masih dengan sepatu yang sebelah belum ditali anaknya bergegas keluar rumah sambil menyahut “Iya Pak, tunggu !”.

Gruwek ! terdengar pintu mobil tertutup tidak bisa rapat. “Duduknya agak ke tengah entar jatuh” …curerek…grem…grem mesinpun hidup dan mobil berjalan pelan. “Gasnya tekan terus pak, supaya tidak mogok” anaknya kuatir kalau kalau mogok dijalan. Maklum mobil tahun 80 an yang mestinya sudah disekrap. pinta Bapaknya seraya mencolokkan kunci untuk yang kesekian kali dan akhirnya

Mereka adalah Bapak & Anak yang tinggalnya di Tiban Koperasi. Bapaknya akan berangkat kerja ke Batam Centre sekaligus mengantar Anaknya sekolah di SD Tiban BTN. Diantara perjalanan terdapat 2 halte yang selalu menimbulkan kemacetan.

“Waduh Pak, bakal macet !. lihat disana tidak ada pak Polisi !.” kata anaknya. Begitulah analisa anak-anak, kalau tidak ada pak Polisi jalan macet, kalau ada pak Polisi jalan lancar.

“Mosok sih !, coba perhatikan kenapa disetiap halte terjadi macet?” Bapaknya malah bertanya.

“Sebabnya di halte banyak berkumpul orang dan kendaraan !”

“Mosok sih !, banyak pula tempat seperti itu toh tidak macet !“ sergah Bapaknya.

“Kalau begitu mungkin penumpang atau sopirnya yang seenaknya!” jawab anaknya mulai menyalahkan.

“Mosok sih !, seenaknyapun kalau ada pak Polisi juga lancar !” sergah Bapaknya lagi.

“Kurang rambu-rambu Paaak“ anaknya mulai emosi merasa jawabannya tidak adayang benar.

“Mosok sih !, tidak ada rambu-rambupun kalau ada jalur khusus juga lancer !” kali ini sambil tersenyum Bapaknya menjawab.

Tak berapa lama kemudian tiba-tiba anaknya tertawa “Ha ha ha, desainnya yang salah merasa jawaban kali ini akan benar.

Mosok sih !, desainnya sudah benar kok, karena di halte sudah disediakan parking bay (antrian) untuk 2 mobil, sehingga mobil yang ketiga dan seterusnya antrinya di jalan dan inilahyang membuat macet !“.

Anaknya bingung mendengar jawaban Bapaknya, katanya desainya benar akan tetapi malah membuat macet.

Halte / the halt dalam kamus berarti pemberhentian. Konsep desainnya barangkali berangkat dari arti ini, sehingga keberadaan halte benar-benar sukses membuat kendaraan berhenti, tak terkecuali pengguna jalan sekaligus !.

Ya apa mau dikata, desain halte hanya benar dari sisi harafiahnya saja akan tetapi salah dalam aplikasinya.

Berhenti, berhenti pak, sudah sampai” dan tanpa pamit anaknya berlari kerena sudah terlambat. Ada rasa bangga pada anaknya ternyata cukup kritis dalam mengamati suatu masalah.

Tukang seloroh memaknai bahwa cukup anak SD untuk mengurai variable-variable penyebab kemacetan sebagai input desain Halte. Barangkali perencananya lupa ya ?

Joni – Arif., arsitek sedang berseloroh

No comments:

Post a Comment

bebas berkomentar, berkomentar bebas ....