“Yang ini apa yang itu ya ?, sepertinya jalur yang ini yang pertama dibuat”. Mereka mengingat-ingat karena sudah sekian lama tidak melewati jalur Muka Kuning - Batu Aji yang sekarang sudah menjadi 2 jalur. “Lihat yang sana juga, dulunya penuh ruli sekarang telah menjadi pertokoan”. Begitulah sepenggal perbincangan mereka yang memperlihatkan rasa kagum terhadap pesatnya pembangunan di Batam.
Kira-kira pada km 20 mereka mulai bebincang lagi. “Lihat kanan kiri tanah sudah diratakan dan sebentar lagi pembangunan akan menyambung ke sana!”, mereka memprediksi, tangannya menunjuk kearah jembatan satu yang sudah mulai kelihatan.
“Tolong siapkan kamera, jepret saja situasi disekeliling jembatan !” pintanya. Temannya yang memegang kamera menoleh ingin memastikan apa tidak salah yang difoto malah bukan jembatannya. “Iya jepret saja !” menegaskan. Mobilnya dipelankan dan kamera telah membidik beberapa tempat. “Sekarang kita lanjutkan & nanti berhenti ditengah jembatan
“Tak apa, dari sini juga tak kalah bagus” merekapun lantas terdiam sepertinya mulai merenungi apa yang ada didepannya .
Sungguh luar biasa ! Wajib bersyukur, Allah telah memberii alam yang begini menakjubkan dan patut pula dibanggakan suatu karya cipta manusia yang begitu megah menjelma menjadi kesatuan obyek yang sangat menawan.
Jembatan satu … ternyata telah membawa geliat pembangunan menjadi semakin cepat, terciptanya kutub perkembangan baru, terbukanya isolasi kesenjangan pulau-pulau dan tumbuhnya berbagai industri pariwisata. Suatu proyek jangka panjang yang baru sekarang bisa dipahami masyrakat. Sungguh cerdas penggagasnya ! Angkat topi pada Otorita Batam, dengan kerja kerasnya dan dengan program-programnya Pulau Batam bisa semaju ini. “Pak, ini jagung bakarnya” suara dari salah satu kios membuyarkan renungannya.
“Jagung ini dan foto-foto tadi akan menjadi bukti bagi kretifitas generasi (instansi) penerusnya. Kita tunggu beberapa tahun kedepan apakah disini masih seperti foto ini ataukah sudah berubah menjadi lebih baik”. Kawannya menjadi paham kenapa yang difoto bukan jembatannya.
Sesaat kemudian mereka telah kembali ke atas mobil untuk pulang dan benar speedometernya menunjukan angka 25. “Cukup penat perjalanan sejauh ini, dan mestinya tak perlu buru-buru kalau disini tersedia tempat makan yang nyaman, hem… alam yang begitu indah, jembatan yang megah, prasaran yang telah lengkap, tempat yang sudah cukup dikenal dan telah banyak dikunjungi dibiarkan begitu saja dari tahun ke tahun …sungguh sayang suatu potensi industri wisata yang dibiarkan begitu saja !. Ibarat nasi tinggal dimakan, disentuh saja belum. Mereka berdua menggelengkan kepala lantas tancap gas.
Tukang seloroh menunggu kali kali ada investor yang mau order konsep untuk mengembangkannya.
Arif, arsitek di Batam
No comments:
Post a Comment
bebas berkomentar, berkomentar bebas ....