March 20, 2008

SIMPANG JAM

Tempat ini bernama Simpang Jam, konon karena pada perempatan jalan ini terdapat tugu jam. Ada benarnya juga, karena pada beberapa tempat lain di Batam juga dinamakan sesuai benda apa yang dulunya ada. Misalnya Simpang Dam, Simpang Franky dan Simpang Lippo. Begitulah Batam yang kharakternya serba instant. Dibandingkan dengan simpang-simpang yang lain, Simpang Jam dapat dikatakan sebagai simpang yang paling ramai. Simpang ini merupakan perempatan utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan di kota Batam. Nagoya – Airport dan Sekupang – Batam Centre.

Simpang jam adalah suatu landscape bukan suatu bangunan. Elemen landscape yang ada berupa shoftscape (tanaman) dan hardscape (trotoar, papan iklan, pagar dan saluran). Elemen standard, tidak ada yang spesifik. Untuk lebih detailnya, yok amati saja!

Kalau lagi ditengah terik matahari, anda pilih teduh dibawah pohon yang rindang atau melihat pot pot bunga? Tentu akan pilih dibawah pohon yang rindang. Itulah pilihan yang mestinya direspon supaya pengguna jalan merasa nyaman saat menunggu lampu merah menjadi hijau. Dulu sepanjang median sampai posisi dekat ujung lampu sudah tumbuh pohon yang rindang. Suasana terlihat hijau dan terik sinar matahari tidak terasa menyengat. Asap dan suara kendaraan bermotor yang terakumulasi diperempatan juga lesap dalam rindangnya pohon. Sayang, sekarang pohon-pohonnya telah ditebang dan diganti dengan pot pot bunga yang bentuknya seperti gelas koktail di hotel. Menarikkah? Tentu, asalkan penempatannya benar. Pot-pot bunga yang mestinya cocok untuk elemen landscape bangunan tetapi ditempatkan dalam skala kota sehingga menjadi tidak fungsional. Pot-pot bunga hanya memberikan efek estetika saja, itupun tidak sebanding dengan mahalnya perawatan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan tuntutan suasana teduh dan pengurangan polusi udara.

Elemen lain yang menonjol tetapi kurang ditata adalah papan iklan. Coba hitung berapa jumlah papan iklannya, anda tentu akan dapatkan lebih dari sepuluh jenis. Suatu jumlah yang justru merusak estetika

lingkungan. Penempatannya yang melingkari Simpang Jam akan membentuk suatu silinder (tong) raksasa. Tong ini yang kemudian berpotensi menimbulkan resonansi suara dan turbulensi panas, sehingga wajar kalau suasana bertambah gersang.

Kemudian perhatikan elemen hardscape lain seperti pagar (BRC) dan trotoar, anda tentu akan setuju kalau dibilang sekedarnya saja atau selera estetiknya rendah. Maaf, pagarnya tak lebih baik dari pagar hutan sementara trotoarnya tidak berpola dan kotor.

Persoalan lain adalah masalah drainase yang juga merupakan elemen harscape. Tak perlu melihat estetika drainasenya karena sebagai tempat yang katanya bebas banjir saja sampai sekarang masih belum terwujud. Saat hujan lebat selalu disinggahi banjir air, sampai-sampai ada yang bilang jangan lewat simpang banjir sana. Simpang yang dimaksud ya Simpang Jam. Seiring berjalannya waktu bila banjir air tak kunjung teratasi, bisa-bisa berganti nama menjadi Simpang Banjir karena ada benda yang namanya air, hehehe.

Akhirnya, kalau ada yang meminta pendapat bagaimana menatanya, saya akan mengusulkan beberapa hal secara garis besar. Pertama bersihkan hardscape yang tidak berguna seperti aspal yang tidak terpakai, hijaukan pada semua sisi dengan pohon peneduh berdaun lebar sampai terbentuk hutan-hutan kecil, sisipi pot-pot bunga dengan pohon, kecilkan papan iklan dengan beberapa desain saja, buat bentuk pagar dan trotoar semenarik mungkin, tambahkan street furniture, perbesar saluran distribusi yang menuju saluran induk dan tinggikan elevasi jalan.

Yang tidak kalah penting, ditempat sesetrategis ini mestinya ada benda tertentu (tidak sekedar tugu jam) yang bentuknya monumental sebagai land mark nya kota Batam. Bentuknya terserah para pakar atau bisa juga dicari lewat sayembara. Tetapi kalau ada yang suruh memilih, maaf ya, saya akan pilih schulpture Elang (agresif dan waspada) dibandingkan dengan Kancil (cerdik) walaupun Emas. Arif, arsitek di Batam.

No comments:

Post a Comment

bebas berkomentar, berkomentar bebas ....