March 20, 2008

TEMPAT W.T.P.


Anda tentu menjadi kecewa, WTP yang lazimnya singkatan dari Water Treatment Plan, kemudian saya ganti dengan Wisata Tanjung Pinggir. Itu lho tempat wisata di Sekupang yang kalau kita kesana kita bisa melihat siluete gedung gedung pencakarlangitnya Singapura. Baiknya kita kesana saja yok!

Bersih tapi panas atau kotor tetapi teduh, itulah pilihan sekiranya kita ingin menikmati panorama Singapura dari tepi pantai WTP. Pilihan yang dilematis hanya sekedar untuk duduk. Tetapi tak apa disana masih banyak yang bisa dinikmati atau digali.

WTP, disana tempatnya masih alami, alam yang terbangun (artificial) baru berupa turab seadanya yang meliuk disebagian pantai. Elemen alamnya lengkap, ada laut/rawa (air), karang (batu), daratan (tanah), bakau/pohon (kayu), angin sejuk (udara) serta panas matahari (api). Lantas apa uniknya? Uniknya semua elemen bisa bercengkerama dengan manusia, aktif dan bisa dinikmati. Airnya bisa untuk berenang, batunya bisa untuk istirahat, tanahnya fleksible digunakan berbagai aktifitas, pohon akar-akarnya bisa untuk duduk seperti di shelter dll. Adakah tempat lain di Batam yang sebanding dengan WTP?

WTP, tempatnya terpencil axsesnya hanya satu sehingga mudah mengarahkan arus masuk dan mengidentifikasikan pengunjung tanpa harus membuat pagar lokasi. Privacy obyek sangat terjaga, obyek tak dapat dinikmati kalau tidak masuk melalui pintu gerbang.

WTP, disana saat ini kita bisa memancing mencari ubur-ubur, bisa berenang, bisa santai diatas karang atau pohon bakau, pemandangannya komplit ada laut dengan kapalnya yang banyak, ada hutan hijau dan ada hutan beton dari jauh, bisa jogging, bisa leluasa membawa keluarga dan ehem bisa enak untuk pacaran.

WTP, disana telah didatangi banyak pengunjung. Ada yang sifatnya individu, keluarga dan kelompok besar dalam paket wisata. Ada anak anak, remaja dan orang tua. Ada bule dan ada pribumi. Tempat wisata yang fleksible untuk semua jenis dan umur.

WTP, disana kedepan potensi untuk dikembangkan atraksi-atraksi wisata tambahan seperti becak air, sangkar burung, shelter-shelter, seating group, play ground dan open stage.

WTP, disana kalau diolah akan menumbuhkan industri wisata yang sangat potensial, sektor riil akan berkembang dan kas pemerintah juga akan bertambah. Seperti tumbuhnya aktifitas sewa menyewa, jual beli dan home industri. Kas pemerintah juga akan bertambah dari retribusi karcis masuk, karcis obyek, sewa tempat, iklan dll.

Sampai disini tentunya anda akan bertanya ke saya, kalau begitu apakah bapak sering berkunjung kesana? Tidak juga!. Lho, kalau begitu berarti tulisan bapak bo’ong donk? Tidak juga!. Lantas kenapa?. Saya tidak sering kesana karena kapok, mestinya saat wisata inginnya santai tapi malah ribet.yang didapat. Bayangkan saja saat mau ke WTP saya harus bawa pampers untuk anak atau kantong plastik untuk buang air, bawa gallon air bersih untuk bilas atau sekedar cuci tangan, bawa tikar untuk duduk, bawa payung supaya teduh, bawa kardus untuk sampah, dan bawa makanan, belum lagi ganti baju basah dalam mobil. Keribetan masih terus berlanjut sampai ke cucian mobil.

Anda tentu akan mengalami keribetan serupa, karena disana tidak ada MCK (mandi, cuci, kakus), tidak tersedia tempat duduk yang bersih, tidak tersedia shelter, tidak tersedia warung yang layak, tidak tersedia tempat sampah dan tidak tersedia perkerasan untuk tempat parkir, dan banyak lainnya yang tidak tersedia untuk kenyamanan pengunjung. Akhirnya saya bilang pantas untuk retribusi yang hanya lima ribu rupiah saja. Sampai disini saja, lain kesempatan kita berikan ide pada yang berwenang sekiranya diperlukan. Arif, arsitek di Batam

No comments:

Post a Comment

bebas berkomentar, berkomentar bebas ....